Kamis, 05 Juni 2008

Kekuatan Harapan

Seberapa besar harapan mempengaruhi hidup kita? Jawabannya, sangat besar!
Bagaimana tidak, dengan harapan kita jadi punya semangat untuk maju. Dengan harapan kita jadi punya kesempatan untuk berbuat lebih.

Ini adalah pengalaman saya pribadi tentang bagaimana sebuah harapan memberikan saya kesempatan kedua. Karena harapan adalah sebuah do'a.

Februari tahun lalu, saya sudah hampir putus asa mencari pinjaman uang untuk registrasi semester baru. Pada saat itu, kondisi keuangan keluarga sedang dalam kondisi yang tidak baik. Beasiswa yang saya andalkan untuk pembayaran registrasi setiap semester pun, tidak lagi dapat saya andalkan dikarenakan datangnya memang sering tidak tepat waktu. Saya sudah berusaha meminta penundaan pembayaran ke rektorat bagian kemahasiswaan, tetapi lagi-lagi saya harus kecewa karena formulirnya sudah habis. Dan parahnya hari itu adalah hari minus satu batas akhir registrasi.

Dalam kondisi seperti itu, saya berharap akan ada keajaiban. Kalau memang saya harus berhenti kuliah saat ini, saya tidak akan terlalu kecewa karena saya sudah sampai sejauh ini. Namun, dalam hati kecil saya berharap bahwa hal ini tidak perlu terjadi. Bahwa saya masih dapat melanjutkan menggapai impian saya. Saya hanya berharap dan berdo'a.

Di saat saya sedang berpikir dan berharap, tiba-tiba saja telepon kos berdering pada tanggal 14 Februari 2007 pukul 08.45 WIB. Seorang ketua departemen Badan Eksekutif Mahasiswa yang dulu pernah menjadi kakak kos saya, memberi tahu bahwa saya harus hadir di Rektorat bagian kemahasiswaan untuk mengambil beasiswa registrasi pukul 09.00 WIB. Saya kaget, campur bahagia, campur terharu dan sempat meneteskan air mata saking gembiranya. Saya hanya punya waktu 15 menit untuk bersia-siap dan menuju kampus. Saat itu, saya merasakan aliran semangat dan motivasi yang besar.

Selepas registrasi, saya baru sadar bahwa saya tidak pernah mengajukan beasiswa tersebut. Lalu bagaimana mungkin nama saya bisa tercantum dalam daftar penerima beasiswa?
Setelah lama berpikir, saya teringat beberapa hari yang lalu seorang teman bertanya, apakah saya sudah registrasi. Teman saya itu terus saja mengulang pertanyaan yang sama setiap ada kesempatan. Ternyata, teman saya itulah yang menceritakan masalah saya pada presiden BEM saat itu untuk segera ditindak lanjuti. Begitulah yang terjadi. Dengan kekuatan harapan, saya mendapatkan keajaiban dari sebuah persahabatan.

Sejak saat itu, saya tahu kalau saya berharap banyak, maka saya akan mendapat lebih. Tidak menyerah pada situasi hidup yang sedang dijalani adalah kuncinya. Karena hanya orang lemah saja yang berputus asa. Karena selalu ada kesempatan bagi yang mau berharap. Itulah kekuatan harapan yang sesungguhnya.

Thanks buat sahabatku, Wina. May Allah always bless you, sist.

Label:

1 Komentar:

Pada 19 Agustus 2008 pukul 01.05 , Anonymous Anonim mengatakan...

uda baca tulisannya. :)
makasi..mmbuat saya jd lebih smangat juga. hehe :)

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda