Senin, 02 Juni 2008

Keberanian Mengada

Sebagai kata kerja, mengada berarti secara aktif hadir pada saat sekarang dan bersentuhan secra utuh dengan apa yang ada disini, saat ini (living in the present moment). Setiap saat kita mengalami sesuatu, maka salah satu dari dua hal akan muncul, yaitu : Kita mengada bersamanya atau menolaknya.

Mengada bersamanya berarti kita mencemplungkan diri ke dalam pengalaman itu, mengalaminya. Bila kita memilih untuk hadir mengada bersama sesuatu saat sekarang, maka di dalam diri kita akan muncul kekuatan batin murni yang menumbuhkan kreativitas.

Namun cukup menggelikan bahwasanya kita jarang sekali membiarkan diri kita mengada dan mengalami kekinian hidup. Hampir selalu kita menolaknya, mencoba memanipulsinya atau berharap bukan itu yang terjadi. Sedari kanak-kanak, kita sejak dini telah belajar untuk menolak pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan; karena masih sangat peka dan polos, kita begitu saja berpaling dari hal-hal yang menimbulkan perasaan tidak senang.

Ini berarti secara lami kita telah belajar menutup diri. Di saat kita bereaksi menolak, berpaling atau lari dari aspek yang tidak menyenagkan dalam pengalaman kita, sesungguhnya kita sedang berhenti mengada, artinya : kita kehilangan landasan, pijakan dan persis sama seperti ketika kita terpeleset dan terlempar dari keberadaan saat sekarang (kekinian).

Ketika kita bereaksi menolak sesuatu yang sedang kita alami, misalnya dengan marah, maka seakan-akan kita sedang membuat suatu lubang atau “kematian sesaat” dalam hidup kita. Saat kemarahan itu muncul terhadap diri sendiri atau orang lain, kita seolah-olah mati dan pada saat yang sama menjadi manusia yang tidak utuh lagi !

Tidaklah mengherankan jika kita lalu keluar dan berjalan tak tentu arah untuk melarikan diri dari kenyataan dan mencari hiburan di luar, tenggelam dalam obat tidur, ecstacy dan alkohol, lalu dengan putus asa berusaha menjadi sesuatu yang bukan jati diri kita sendiri, hidup dalam fantasi masa depan yang bahagia. Semua bentuk pelarian itu adalah cara-cara untuk mencoba mengisi kekosongan yang terjadi saat kita menolak untuk menjadi diri sendiri.

Kita cenderung berfantasi memikirkan hal-hal yang baik saja dan menolak atau melarikan diri dari hidup kita. Dan kita sering terlupa bahwa kita tidak sendiri di dunia ini. Ada Allah yang selalu bisa dijadikan sandaran.

Saya mencari musim semi dimana-mana Tetapi musim semi tidak dapat ditemukan dimanapun. Diatas gunung, saya hanya melihat sepatu saya yang robek, Saya kembali dan secara kebetulan tersenyum melihat bunga plum berkembang Lalu saya pun tau musim seni adalah disini, berada diantara cabang pepohonan (Ditulis di zaman Dinasti Tang, 600 tahun sesudah Masehi)

Wallahu A'lam

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda