Senin, 02 Juni 2008

Pemahaman yang Benar adalah Kunci dari Pembebasan

"Pendidikan adalah kemampuan untuk menemukan hubungan tersembunyi antara berbagai fenomena” (Vaciav Havel, dalam ‘The Hidden Connections’, Frtjop Capra).

Memahami semua ini, maka kita tahu betapa tak terhitungnya dunia kita muncul dan hilang, tercipta dan hancur. Semua fenomena harus melewati proses kelahiran dan mati yang tak henti-hentinya karena hidup dan mati tiada lain hanyalah sekedar tampak luar dan bukan realitas yang sesungguhnya seperti halnya jutaan buih ombak di samudera yang naik-turun di permukaan laut, sementara laut itu sendiri mengatasi lahir dan mati. Kalau buih ombak menyadari hal itu, bahwa dirinya tiada lain adalah air, maka ia akan mengatasi kelahiran dan kematian dan sampai pada kedamaian batin yang sesungguhnya dan bisa mengatasi ketakutan.

Bukankah semua ini justru yang dimaksud dengan Hukum Kekekalan Energi dam ilmu fisika, yaitu : energi tidak pernah statis dan musnah tapi terus berubah dalam bentuknya saja.

Ketidakfahaman mengenai hal inilah yang membuat hidup seseorang merasa menderita karena tidak memahami dirinya mempunyai landasan yang sama dengan semua hal.

Ketidaktahuan inilah kemudian yang menyebabkan munculnya rasa duka yang berlimpah-ruah. Kekeliruan, kesengsaraan, keserakahan, keangkaramurkaan, keraguan, kedengkian, kecemasan, semuanya berakar pada ketidaktahuan ini.

Pengertian mengenai kekal, tidak lagi akan ditafsirkan sebagai hidup yang sekarang ini adalah fana dan di akhirat nantilah yang kekal abadi, melainkan adalah “bila masa lalu dan masa depan bertemu dalam kekinian hidup (here and now) sebagai sesuatu yang indah dan suci untuk dijalani.

Kalau kita mulai belajar menenangkan pikiran supaya bisa melihat masalah lebih mendalam, maka kita akan dapat sampai pada pemahaman yang penuh yang akan memecahkan penderitaan dan kecemasan sehingga muncul rasa penerimaan dan cinta. Karena antara cinta dan pemahaman adalah sama hakekatnya.

Setiap orang adalah merupakan hasil dari kondisi fisik, emosi dan sosial yang dialami. Kalau kita memahami hal ini, maka kita tak akan membenci siapa pun, meski ia telah berbuat sesuatu yang tidak baik. Tapi kita akan berusaha selalu membantu/memfasilitasi terjadinya transformasi kondisi fisik, emosional dan keadaan sosialnya untuk lebih memahami sehingga bisa mengembangkan dirinya menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Pemahaman ini akan memunculkan rasa kasihan, cinta kasih yang akhirnya akan memunculkan aksi yang betul. Supaya kita bisa mendapatkan pemahaman yang terang, utamanya kita perlu hidup dengan perhatian yang penuh, melakukan kontak langsung dengan hidup pada saat ini, sungguh melihat apa yang sedang terjadi di dalam dan di luar dirinya.

Hidup ini hanya akan diterangi oleh pemahaman yang benar, pikiran yang benar, tutur kata yang benar, perbuatan yang benar, hidup yang benar, usaha yang benar, perhatian yang benar, konsentrasi yang benar. Itu berarti kita menghayati hidup momen demi momen sebagai the walking meditation!

Hidup dalam kesadaran berarti hidup pada saat ini. Seseorang sadar pada apa yang sedang terjadi dalam dirinya maupun di lingkungannya. Ia berada dalam kontak langsung dengan kehidupan. Bila ia melakukan hal itu secara berkelanjutan, maka pehamaman akan diri dan sekitarnya menjadi semakin dalam yang pada gilirannya akan melahirkan sikap toleran dan cinta.

Bila semua manusia memahami satu sama lain, maka mereka akan saling menerima dan mencintai. Sehingga karenanya tidak akan ada demikian banyak kesengsaraan di dunia ini.

Wallahu a'lam.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda